Kilau Mentari Kelola Potensi Wisata Bawean

Bawean, 23 Mei 2024- Pulau Bawean dengan perairannya sudah menjadi unsur yang melekat dan memiliki potensi yang tidak kalah dengan keindahan wisata Indonesia bagian Timur. Namun, sayangnya keindahan tersebut belum terkelola dengan baik. Minimnya publikasi dan pemasaran wisata dari warga sekitar membuat potensi Bawean kurang ter-ekspose. Jika kita lakukan pencarian pada “situs maya” website mengenai pulau Bawean belum banyak yang memuat informasi terkait wisata yang tersedia, penginapan, hingga tranportasi yang dapat digunakan untuk dapat mengeksplor pulau ini.
Potensi dan kondisi Bawean mendorong tim Program Pengabdian Masyarakat Prodi S1 Ilmu Administrasi Negara Unesa untuk sedikit berkontribusi dengan membuat sebuah program yang diharapkan dapat membantu pengelolaan potensi Bawean. Kami memulai dari pemberian sosialiasasi di Desa Sungairujing, Sangkapura Bawean. Sosialisasi tersebut dihadiri oleh 25 masyarakat yang terdiri dari kepala desa, perangkat desa, dan masyarakat Desa Sungairujing.
Tim PKM Unesa mengidentifikasi terdapat beberapa permasalahan inti mengenai pengembangan wisata strategis Pulau Bawean, yaitu: (1) SDM yang ada belum berjalan secara optimal dan rendahnya tingkat SDM pelaku pariwisata, (2) Kurangnya kesadaran masyarakat di sekitar obyek wisata dan pengelola wisata, (3) Kemampuan pengetahuan tentang obyek wisata dan daya tarik bagi wisatawan, (4) belum optimalnya peran para pelaku usaha jasa pariwisata dan media masa, (5) minimnya kemampuan untuk pemasaran dan data kepariwisataan, (6) belum adanya koordinasi para pengelola dan pelaku pariwisata, (7) serta belum adanya kerjasama antar daerah yang satu dengan daerah lain.
Sosialisasi dilakukan dengan membantu masyarakat untuk memetakan kondisi geologi pulau Bawean, perencanaan sumber daya manusia, dan juga memberikan contoh untuk mengembangkan wisata geopark. Masyarakat begitu antusias dan termotivasi untuk mengembangkan potensi desa yang dimiliki. Antusiasme terlihat dari beberapa masyarakat yang mengajukan pertanyaan hingga sesi diskusi berakhir.
Tidak sampai disitu, antusiasme warga masih berlanjut untuk menemani tim kami berkeliling Bawean selama 4 hari. Beberapa tempat wisata yang kami kunjungi memiliki kekurangan yang sama yakni, minimnya penunjuk jalan yang layak, akses informasi tarif/ biaya, kurangnya pegawai professional pengelola wisata, dan juga penataan tempat wisata yang kurang menarik. Salah satu wisata di pulau Noko Gili, pulau kecil diantara pulai Bawean dan pulau Gili menyajikan panorama wisata bawah air seperti snorkeling dan diving, namun sayang sekali belum terdapat pendamping diving dan juga alat- alat penyewaan yang minim. Pulau Noko Gili menyajikan pesona bawah laut dengan keindahan terumbu karang dan ikan- ikan yang masih asri menandakan jarang terjamah oleh manusia.
Tim PKM juga mengunjungi pantai Selayar dengan pulau selayar yang tidak kalah dengan pulau Merah di Banyuwangi. Namun akses jalan yang sempit dan belum begitu bagus, serta jam kunjungan wisata tidak tertera dengan jelas. Wisata selanjutnya ialah danau Kastoba yang memiliki daya tarik unik dan berbeda dari lokasi lainnya. Persamaan dari kedua wisata tersebut adalah belum adanya penunjuk jalan yang layak, papan informasi, dan tidak adanya petugas yang menjaga dan mengelola wisata tersebut.
Pesona wisata Bawean penuh dengan kilauan mentari yang indah dan terus bersinar, sangat disayangkan apabila tidak terkelola dengan baik. Hasil olahan ikan Bawean dapat menjadi potensi UMKM masyarakat sekitar. Selama beberapa hari kami berkeliling belum terdapat pengelolaan ikan yang dapat menjadi buah tangan khas asal Bawean. Penjualan keripik ikan dan gula aren hanya dilakukan dibeberapa rumah kecil milik penduduk.
Kami memberikan sosialisasi selama beberapa hari untuk pengembangan potensi yang dimiliki pulau kecil nan indah, dengan harapan anugerah indah ini dapat memberikan manfaat bagi ekonomi penduduk sekitar dan menjadi wisata unggulan. Rekomendasi yang harus dilakukan sebagai langkah pertama mengelola potensi Bawean adalah dengan mengumpulkan kalangan akademisi dan juga stakeholder penting seperti perangkat desa, dan juga pokja masing- masing desa.
Penulis : tim PKM prodi S1 IAN Unesa