HMP Administrasi Negara Gandeng SATGAS PPKS Unesa Membangun Pendidikan Anti Kekerasan Seksual di Lingkungan Pendidikan

Unesa.ac.id- Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum menggagas Webinar anti kekerasan seksual dalam program Kesejahteraan Mahasiswa (KESMA) Talk, dengan tema “Membangun Pendidikan Anti Kekerasan Seksual”, Sabtu, 18 Maret 2023. SATGAS PPKS Unesa dalam hal ini melalui Iman Pasu Purba, berkesempatan menjadi salah satu narasumber dalam kegiatan tersebut.
Iman dalam
paparannya menguraikan secara rinci latar belakang lahirnya Permendikbudristek
PPKS serta kualifikasi perbuatan yang dikategorisasi sebagai tindakan pelecehan
dan kekerasan seksual. Selain itu, gambaran umum kasus-kasus yang terjadi yang
sudah dan sedang ditangani juga dipresentasikan sebagai pembelajaran bersama
guna mencegah bertambahnya kasus dilingkungan kampus. Seluruh peserta
dipahamkan terkait bentuk-bentuk kekerasan seksual, selubung kultural kekerasan
seksual, proses pendampingan korban, proses pelaporan serta langkah pemulihan
korban.
Peserta sejumlah
136 orang yang menghadiri webinar ini terlihat antusias, ditandai dengan
banyaknya pertanyaan yang muncul sesudah presentasi usai. Beberapa pertanyaan
yang muncul adalah,” mengapa kasus-kasus kekerasan seksual lebih banyak viral
dulu baru ditangani?, “ bagaimana melaporkan jika kurang alat bukti?,”bagaimana
pandangan satgas PPKS terhadap fenomena ayam kampus?”, “bagaimana cara supaya
korban berani speak-up?”, “dan beberapa petanyaan lainnya.
Iman dalam
penjelasannya menegaskan bahwa saat ini pemerintah menunjukkan keseriusannya
terhadap kasus kekerasan seksual dengan mengesahkan UU Nomor 12 Tahun 2022
Tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual. Jadi, selain Permendikbudristek PPKS, pelaku
Kekerasan Seksual juga sangat mungkin untuk dipindana. Ini berhubungan langsung
dengan pembenanan pembuktian, bahwa untuk Delik Kekerasan Seksual, cukup dua
alat bukti yakni keterangan korban dan hasil assessment psikologi. Hal ini
sangat memudahkan korban dan nyatalah keberpihakan terhadap korban. Konteks
penanganan kasus KS, di Unesa tidak lebih dari 3 kali 24 jam, Terlapor dan
Pelapor akan dimintai keterangan. Sedapat mungkin sebelum viral kasus sudah
tertagani dan rekomendasi sanksi tidak lebih dari satu bulan sudah diterbitkan.
Terkait “ayam
kampus”, Iman menegaskan bahwa fenomena tersebut tetap akan serius ditangani
jika ada laporan yang masuk ke SATGAS PPKS. Kendatipun konsensual, SATGAS PPKS
dapat merekomendasikan ke Direktorat Pencengahan dan Penanggulanagan Isu
Strategis Kampus untuk diproses dan didalami. Bagaimanapun kegiatan prostitusi
apalagi melibatkan teknologi dapat dijerat secara pidana. Unesa tidak kompromi
jika ada mahasiwa yang terbukti melakukan perbuatan tersebut. Pasti akan disanksi
karena benturan dengan nilai-nilai yang diatur pada kode etik mahasiswa.
Perihal Korban
supaya berani speak-up, yang pasti sistem sudah kita bangun semudah mungkin
untuk melaporkan dan Unesa dalam hal ini SATGAS PPKS berpihak penuh kepada
korban. Sikap pendamping atau teman juga sebaiknya demikian, tidak menyalahkan
korban, tidak memaksa korban, tetapi sabar mendengar dan ikut meyakinkan kalau
melapor adalah jalan terbaik. Korban apalagi terikat dalam relasi dimana
Terlapor adalah Pacar cenderung mendiamkan dan menutupi kasus tersebut. Oleh
karenanya, membangun trust dan sikap yang tulus terhadap korban menjadi
sangat penting dalam penanganan kekerasan seksual. Harapannya, semua kampus di
Indonesia, khususnya Indonesia menjadi kampus yang aman, nyaman dan ZERO
Kekerasan Seksual. Unesa Satu Langkah di Depan!